Seniman dan Masyarakat: Ideologi-Ideologi Seni Rupa di Indonesia

Sejak karya Astri Wright (1994) dan Claire Holt (1967) yang sangat berpengaruh, hanya muncul sedikit buku dalam bahasa Inggris yang melihat praktik seni rupa di Indonesia secara utuh dan analitis. Kebanyakan buku yang ada menggambarkan biografi individu seniman dan praktik seninya, yang lain berfokus pada keterlibatan sosial dan aktvisme seni, terutama dalam gerakan atau periode waktu tertentu. Buku ini menyoroti sejumlah seniman dan karya seni tertentu beserta kesalinghubungannya dengan konteks sejarah, struktur, sosial dan kelembagaan atau medan sosial seni-nya.

Praktik seni yang menerapkan pendekatan multidimensi dan berkelindan dengan segala aspek sosial menuntut–seperti halnya dalam kanon-kanon sejarah seni yang lebih luas–penilaian ulang terhadap wacana modernis di seputar otonomi artistik dan apa yang disebut sebagai mahakarya. Pendekatan baru ini akan memungkinkan pembongkaran kritis terhadap hubungan biner antara otonomi dan heteronomi yang nampak jelas dalam seni, tanpa tunduk pada stereotip komunalisme Timur dan individualisme Barat. Kita ingat, Oesman Effendi (1949) pernah menulis, “Soal perbedaan Timur dan Barat itu hanya relatif, sampai suatu waktu omong kosong belaka.”

Wacana seni rupa Indonesia telah bergulir sepanjang jalur yang ditandai oleh komitmen bersama terhadap otonomi kreatif seniman dan tanggung jawab heteronomi mereka terhadap masyarakat. Gagasan mengenai aksi gotong royong atau kerja bersama yang dipimpin seniman adalah salah satu dari sejumlah konsep seni parisipatoris yang dijelajahi dalam buku ini…Di negara di mana tidak ada jarring pengaman sosial yang nyata selain keluarga dan komunitas, gotong royong seringkali menjadi penyelamat yang menjaga individu dan komunitas rentan dari jurang bencana.

Kosmopolitanisme, pergulatan dengan wacana global tentang seni, estetika dan ranah sosial– berbagai kerangka kerja yang diusulkan oleh Bourriaud, Bishop, Kester, Miwon Kwon, Mary-Jane Jacob dan Suzanne Lazey–tidak membuat para seniman Indonesia benar-benar terlepas dari tradisi panjang dan perkembangan artistik di negeri sendiri sejak sebelum kolonisasi, yang menempatkan seniman dalam peran sosial dan tanggung jawab tertentu….Ideologi kesenian mereka menyatukan praktik, wacana, teori dan berbagai pertanyaan kritis sebagai penanda karya kreatif yang melampaui batas-batas yang biasa kita gunakan untuk menggambarkan praktik kehidupan sehari-hari dalam bidang seni rupa. 

Buku ini merupakan terjemahan dari karya Elly Kent, Artists and the People: Ideologies of Art in Indonesia (2022) yang telah diterbitkan oleh NUS Press, Singapore. 

Diterjemahkan oleh Didot Klasta Harimurti.

Pengarang: Elly Kent
Penyunting & penerjemah: Didot Klasta Harimurti
Perancang buku: Meicy Sitorus

Cetakan pertama, Februari 2024
i-xxiv + 246 hlm; 170 x 252 mm

ISBN: 978-623-88448-4-5

harga: Rp 175.000,-

Diterbitkan oleh Penerbit Gang Kabel.

Untuk pemesanan silahkan kontak kami di:
E-mail: penerbitgangkabel@gmail.com
IG: @gang kabel
tokopedia: https://tokopedia.link/archive-gangkabel